Kamis, 23 Februari 2012

MATERI PENCIPTAAN JIN



             Allah SWT berfirman, “ Dan Kami telah menciptakan Jaan , sebelum itu dari api yang sangat panas [naar as-samuum ] (QS: Al-Hijr:27).
Dan Dia telah menciptakan Jaan dari nyala api [maarij] (QS: Ar-Rahman:15).  Ketika mengisahkan perkataan Iblis, Allah SWT berfirman  : Engkau ciptakan aku dari api, sedang Engkau menciptakan dia (Adam) dari tanah (QS: Al-A’raf:12).
              Imam Muslim dalam sahihnya, mencantumkan sebuah hadist yang diterima dari Urwah, dari ‘Aisyah, yang meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Malaikat diciptakan dari cahaya, Jaan diciptakan dari nyala maarij (api), dan Adam diciptakan dari segala sesuatu yang telah disebutkan kepada kalian.”
           Dengan demikian, baik alqur’an Al-Karim maupun Sunnah Rasul yang suci, telah menjelaskan tentang materi asal penciptaan Jin, yaitu api sekalipun Al-qur’an dan Sunnah sesekali mengungkapkannya dengan “nyala api” dan pada kali lain dengan “api yang sangat panas.”
         Lantas apa yang dimaksud dengan “nyala Api (maarij)” dan “api yang sangat panas (nar as-samuum)” itu ?
       Berkenaan dengan makna al-maarij (nyala api), Imam An-Nawawi mengatakan, “Yaitu jilatan api (al-lahab) yang bercampur dengan hitamnya api.” Sementara itu, Ath-Thabari mengatakan, “ al-maarij ialah sesuatu yang bercampur satu sama lain, antara merah, kuning, dan biru, berdasar  ucapan orang-orang Arab yang mengatakan marija ‘amr al-qawm yang berarti urusan kaum itu bercampur aduk. Juga berdasar ucapan Nabi saw kepada Abdullah bin ‘Amr ibn Al-‘Ash yang berbunyi; “ bagaimana halmu jika kamu berada di tengah-tengah suatu kaum yang perjanjian dan amanah mereka sudah bercampur baur...? Dengan demikian, arti maarij adalah nyala api dan lidah api.
            Dalam tafsir Al-Qurthubi disebutkan: “ Al-Maarij adalah al-lahab (nyala api)__dari Ibn ‘Abbas. Atau, Inti api, atau lidah api yang berada di puncak manakala api tersebut menyala.” A-Laits mengatakan, “Al-Maarij ialah api yang sangat terang yang memiliki nyala (panas) yang sangat kuat. Ibn ‘Abbas mengatakan, Al-Maarij adalah nyala api yang berada di bagian atas, yang saling bercampur warnanya antara merah, kuning dan biru.” Sementara Abu ‘Uabaidah dan Al-Hasan mengatakan, Al-Maarij adalah campuran api. Ia berasal dari marija yang berarti campur baur.” Al-Jauhari dalam Al-Shihah mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan maarij minnar adalah api yang tidak berasap, yang dari itu jin diciptakan.
       Sedangkan mengenai makna as-samuum, Imam An-Nasafi, dalam tafsirnya mengatakan,”...as-samuum ialah api yang sangat panas yang digunakan di tempat peleburan.’ Dalam tafsir Al-Qurthubi dikatakan,” Diriwayatkan bahwa Allah SWT menciptakan 2 (dua) jenis api, yang satu sama lain bercampur, dan saling telan- menelan, itulah nar as-samuum (api yang sangat panas). Masih dalam tafsir Al-Qurthubi, dalam surat Al-Hijr disebutkan bahwa Ibn Mas’ud mengatakan Nar as-samuum yang darinya Jin diciptakan adalah salah satu bagian dari tujuh bagian api jahannam.” Sedangkan Ibn ‘Abbas mengatakan mengatakan bahwa, “ As-samuum adalah api tanpa asap, dan halilintar terbuat darinya.” Sementara itu Al-Qusyairi mengatakan bahwa, “Angin panas disebut As-samuum karena ia masuk misaam tubuh (toxit).
          Berdasarkan uraian di atas, maka tidak ada perbedaan antara al-maarij dengan as-samuum. As-samuum adalah sifat yang ditambahkan dan penjelas bagi karakter al-maarij. Dengan seluruh penghormatan kita kepada seluruh pendahulu-pendahulu kita, maka pendapat yang mengatakan as-samum adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian api jahannam, rasanya tidak memiliki dasar yang kuat. Jadi, kiranya cukuplah bila di sini kita ketahui bahwa api itu mengandung ether yang menyebabkan ia menjadi ringan, dan terdiri dari campuran berbagai warna yang menyebabkan makhluk darinya apapun memiliki warna yang bermacam-macam, serta kemampuan memanjang dan dan meninggi, yang menyebabkan makhluk-makhluk yang terbuat darinya pun mempunyai kecendrungan pada dua sifat ini. Wallohu a’lam !



Source  : Dialog Dengan Jin Muslim
                  Muhammad Isa Daud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar