Kamis, 23 Februari 2012

DUNIA JIN YANG TAMPAK DAN YANG TERSEMBUNYI



Jinn adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah jiniy, yang artinya yang tersembunyi, atau yang tertutup, atau yang terlihat. Hal itulah yang memungkinkan kita untuk mengaitkannya dengan sifat yang umum “alam tersembunyi”
sekalipun akidah islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk berakal, berkehendak, sadar, dan punya kewajiban, berjasad halus, dan hidup bersama-sama kita di bumi ini.


Makna Jin dalam Bahasa Arab

            Apabila para sarjana antropologi dan kebudayaan kuno menegaskan bahwa bahasa yang tercatat paling tua adalah bahasa Sumeria, yang sejarahnya mengakar pada kira-kira 3500 sebelum masehi, yaitu masa yang dalam nisbatnya dengan sejarah umum manusia setara dengan dengan lima detik, maka kita berpendapat bahwa Bahasa Arab adalah bahasa induk bagi bahasa-bahasa umat manusia seluruhnya. Bahasa Arab adalah Bahasa yang pertama, dan darinya muncullah bahasa-bahasa kuno lainnya, yang juga disebut bahasa Aramia, yang merupakan cabang darinya. Sebab telah ditemukan beberapa teks dalam bahasa Aramia yang mengacu pada abad ke-14 SM-suatu bahasa yang dalam skala besar, terdiri dari bentuk-bentuk huruf Arab sekarang ini.
            Dari segi bahasa, Al-Jinn adalah lawan kata Al-Ins (manusia). Disebut-sebut bahwa jika dikatakan , anastu asyai’a berarti “saya melihat sesuatu”. Allah SWT berfirman: “ Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang telah ditentukan, dan dia berangkat dengan keluarganya, lalu dilihatnya api di lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya, “Tunggulah di sini, sesungguhnya aku melihat api (anastu naaran)” (QS. Al-Qashash:29.
            Kosa kata dalam Bahasa Arab yang terdiri dari hurup Jim dan Nun, dengan berbagai bentukannya, memiliki pengertian “ benda “ atau makhluk yang tersembunyi.
            Al-janin (janin) disebut demikian karena ketersembunyiannya dalam perut ibunya, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah yang berbunyi,... dan ketika kamu masih tersembunyi (ajinnat) dalam perut ibumu (QS:An-Najm:32).
            Junnat Al-Layl, artinya ketersembunyian oleh kegelapan malam dan tertutup tabir hitamnya, seperti firman Allah yang berbunyi”  Ketika malam telah menjadi gelap (janna), maka dia melihat sebuah bintang (QS.An-An-am:76)
            Junna ar-rajulu junuunan, wa ajannahullaahu, fahuwa majnuun, artinya : “ Jika seseorang telah kehilangan akalnya, dan tertutuplah kesadarannya, maka dengan itu hilanglah kewajiban-kewajiban darinya akibat tidak adanya akal.” Tentang pengertian seperti ini Allah SWT berfirman,... “atau, pada dirinya ada penyakit gila ?” (QS: Saba :8).
            Termasuk kategori ini adalah ucapan Nabi saw, yang berbunyi; “ Puasa itu adalah Junnah (perisai) dan penjelasan Utsman ibn Abi Al-‘Ash terhadap kata junnah yang berbunyi, “ puasa itu adalah junnah (perisai) seperti perisai kalian dalam peperangan.” Junnah, dengan demikian berarti pelindung atau penutup. Penulis kitab An-Nihayah mengatakan bahwa makna puasa sebagai junnah adalah karena ia melindungi pelakunya dari serangan syahwat. Al-Qurtubi mengatakan : Junnah berarti pembatas, yakni dalam kaitan dengan ketentuan syariat. Yaitu setiap orang yang berpuasa mesti melindungi dirinya dari segala sesuatu yang merusak puasanya dan menghilangkan pahalanya. Juga benar bila junnah diartikan sebagai penutup karena pahala dan peningkatan kebaikan yang dihasilkannya.” Ibnu Arabi mengatakan,” sesungguhnya junnah (pelindung) dari api neraka, karena puasa itu mencegah syahwat, sedangkan neraka diperingan jalan ke arahnya dengan syahwat. Alhasil jika seseorang yang berpuasa menahan diri dari memperturutkan syahwat di dunia, maka puasa itu bisa menjadi penutup dirinya dari siksa api neraka di akhirat.


Awal Penciptaan Jin

              Allah SWT menciptakan jin sebelum manusia, dengan selisih waktu yang lama bila dikiaskan pada manusia maupun jin sendiri. Allah SWT berfirman : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin, sebelum itu dari api yang sangat panas ((QS: Al-Hijr:26-27).
                Kalimat “ sebelum itu “ dalam ayat di atas, mengisyaratkan pada waktu yang sangat lama yang menunjukkan usia. Dengan demikian, selisih waktu tersebut bukan hanya 40 tahun sebagaimana yang dikatakan sementara orang, akan tetapi ia merupakan waktu yang sangat lama, bahkan jika dikiaskan dengan jin sekalipun. Sebab, waktu waktu 40 tahun bisa jadi tidak melebihi waktu penyusuan bayi jin. Kemungkinan waktu tersebut setara dengan 2000 tahun seperti yang terdapat dalam pendapat yang dinisbatkan kepada Abdullah bin ‘Amr ibn Al-‘Ash, dalam suatu riwayat yang diduga adalah palsu. Atau bisa pula menunjukkan waktu yang lebih lama yang mendekati 6000 tahun bila dikiaskan kepada manusia- suatu rentang waktu yang dianggap oleh jin sebagai waktu yang sangat lama yang menjadi salah satu kebanggaan mereka.
                Namun, apa pun juga adanya, pengetahuan tentang masalah ini sama sekali tidak memberi manfaat atau mudharat apapun.


Source : Dialog Dengan Jin Muslim 
             Muhammad Isa Daud


Tidak ada komentar:

Posting Komentar