Dari sebuah hadist Rasulullah saw yang menyatakan bahwa jin
yang menjadi pendampingnya telah masuk islam sehingga dia hanya menyuruh beliau
kepada kebaikan dapat ditarik kesimpulan bahwa setan munkin masuk islam. Akan
tetapi,
beberapa ulama menolak kesimpulan ini dan berpendapat bahwa setan tidak
mungkin beriman. Misalnya, pengarang Syarh ‘Aqidah Al-Thahaawiiyah.
Menurut beliau, maksud kata fa aslama pada hadist
Nabi saw. Itu adalah setan tersebut patuh dan menyerah, (hlm.439), bukan masuk
Islam. Ulama lain berpendapat bahwa kata tersebut dibaca fa aslamu,
dengan huruf “mim” dibaca dhammah, sehingga pengertiannya
adalah saya lebih selamat dari setan tersebut. “ Kendati pensyarah kitab Al-Thahawiyah berpendapat bahwa pendapat terakhir ini
mengalami distorsi pelafalan, imam Nawawi menyatakan dalam kitab Syarah Muslim, “Keduanya merupakan riwayat yang populer.”
Ulama yang berpendapat bahwa setan masuk Islam adalah Ibn
Hibban. Ketika mengomentari hadis tersebut, Ia berkata, “Dalam hadis ini ada
indikasi bahwa setan menjadi pendamping Rasulullah saw telah masuk Islam,
sehingga hanya menyuruh Nabi saw. Kepada kebaikan.”
Pendapat pensyarah kitab Al-Thahawiyah bahwa setan
pasti kafir perlu didebat. Jika yang dia maksudkan adalah bahwa setan hanya
dikhususkan untuk jin yang kafir, maka pendapatnya benar. Sedangkan kalau dia
berpendapat bahwa setan tidak mungkin berubah menjadi islam, pendapatnya ini
keliru. Hadist tersebut merupakan argumentasi yang tidak dapat ditolaknya.
Wallahu a’lam.
Sumber : Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar
JIN, SETAN, dan IBLIS Menurut
Alquran dan Sunah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar